Puisi Perjuangan - Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini adalah 
keringat dan darah yang ditumpahkan pahlawan-pahlawan berhati emas di 
masa lampau. Mereka berjuang melawan penjajah dengan hanya bermodalkan 
bambu runcing, mengorbankan jiwa dan raga untuk mengusir penjajah. 
Sebegitu besar jasa pahlawan untuk kehidupan yang kita kecap saat ini, 
hingga layaklah jika kita memberikan penghargaan setinggi-tingginya 
kepada beliau-beliau. Salah satu cara yang bisa kita tempuh untuk 
menghargai jasa para pahlawan adalah dengan puisi. Biasanya Puisi 
Perjuangan dibacakan di perayaan spesial, seperti hari kemerdekaan, hari
 pahlawan, hari kesaktian pancasila dan hari bersejarah lainnya.
Puisi Perjuangan yang beredar selama ini mayoritas berasal dari penulis kenamaan, seperti Soetardji Chalzoum Bachri, Hamka dal lain-lain. Tetapi saat ini sudah banyak penulis-penulis muda yang sudah tak enggan lagi mempublikasikan karyanya di depan khalayak. Berikut ini sudah kami kumpulkan beberapa puisi perjuangan yang ditulis oleh generasi-generasi muda sebagai bentuk penghargaan kepada besarnya jasa-jasa para pahlawan :
Puisi Perjuangan yang beredar selama ini mayoritas berasal dari penulis kenamaan, seperti Soetardji Chalzoum Bachri, Hamka dal lain-lain. Tetapi saat ini sudah banyak penulis-penulis muda yang sudah tak enggan lagi mempublikasikan karyanya di depan khalayak. Berikut ini sudah kami kumpulkan beberapa puisi perjuangan yang ditulis oleh generasi-generasi muda sebagai bentuk penghargaan kepada besarnya jasa-jasa para pahlawan :

PENGORBANAN
Puisi Siti Halimah
Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan, jauh ntah kemana ?
Bagaikan pungguk merindukan rembulan,
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan
Pagi yang menjadi malam,
dan Bulan yang menjadi Tahun.
Sekian lama telah menanti,
Dirinya tak jua terlepas.
Andai diriku sang Ksatria,
Aku sudah pasti menyelamatkannya.
Namun semua itu hanya mimpi.
Dirinyalah yang harus berusaha
untuk membawa dirinya pergi dari kegelapan abadi.
Puisi Siti Halimah
Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan, jauh ntah kemana ?
Bagaikan pungguk merindukan rembulan,
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan
Pagi yang menjadi malam,
dan Bulan yang menjadi Tahun.
Sekian lama telah menanti,
Dirinya tak jua terlepas.
Andai diriku sang Ksatria,
Aku sudah pasti menyelamatkannya.
Namun semua itu hanya mimpi.
Dirinyalah yang harus berusaha
untuk membawa dirinya pergi dari kegelapan abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar